Senin, 22 April 2019
Raden Ajeng Kartini Yang Fenomenal
Tengku Adjeng Kartini (lahir pada Jepara, Hindia Belanda, 21 April 1879 - tenang di Zenit, Hindia Belanda, 17 September 1904 di dalam umur 25 tahun) ataupun sebenarnya kian tepat dikenal sebagai Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Satria Nasional Nusantara. Kartini biasa sebagai jago kebangkitan hawa pribumi.
Rama Kartini, R. M. Sosroningrat.
Raden Adjeng Kartini bermula dari tataran priyayi ataupun kelas darah biru Jawa. Ia merupakan darah daging dari Raja Mas Bupati, tumenggung Ario Sosroningrat, seorang mangkubumi yang diangkat menjadi kepala daerah Jepara cepat setelah Kartini lahir. Kartini adalah gadis dari perempuan pertama, namun bukan orang belakang utama. Ibunya bernama M. A. Ngasirah, putri daripada Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang penuntun di Telukawur, Jepara. Daripada sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Strip keturunan Penghulu Sosroningrat terutama dapat dipantau kembali di istana Pemerintahan Majapahit. Dari Pangeran Dangirin menjadi penghulu Surabaya di abad ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi besar posisi berarti di Pangreh Praja.
Rama Kartini saat mulanya merupakan seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu tersebut mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang aristokrat. Karena M. A. Ngasirah bukanlah menak tinggi, oleh karena itu ayahnya mengikat lagi secara Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan tepat Raja Madura. Setelah pernikahan itu, oleh karena itu ayah Kartini diangkat jadi bupati dalam Jepara mengirim kedudukan abi kandung R. A. Woerjan, R. A. A. Tjitrowikromo.
Kartini ialah anak ke-5 dari 11 bersaudara tas dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini ialah anak cewek tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat regen dalam umur 25 tahun dan biasa pada sama abad ke-19 sebagai satu diantara bupati prima yang meluluskan pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Kakak Kartini, Sosrokartono, ialah seorang yang pintar di dalam bidang norma. Sampai umur 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah dalam ELS (Europese Lagere School). Di sini renggangan lain Kartini belajar norma Belanda. Akan tetapi setelah umur 12 tahun, ia pantas tinggal pada rumah olehkarena itu sudah dapat dipingit.
Surah Kartini - Rosa Abendanon (fragmen)
Sebab Kartini siap berbahasa Belanda, maka pada rumah ia mulai mencari ilmu sendiri & menulis tembusan kepada sobat-sobat korespondensi yang berasal daripada Belanda. Salah-satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari bacaan-bacaan, koran, serta majalah Eropa, Kartini tersengsem pada kesuksesan berpikir dara Eropa. Tampak keinginannya untuk memajukan hawa pribumi, sebab ia mengamati bahwa cewek pribumi beruang pada tempat sosial yang rendah.
Kartini banyak menduga surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia pun menerima leestrommel (paket jurnal yang diedarkan toko surat berkala kepada langganan). Di antaranya ada majalah kultur dan pengetahuan yang semua berat, pula ada risalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun lalu beberapa kesempatan mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa-apa saja beserta penuh tinjauan, sambil menciptakan catatan-catatan. Sekali-sekali Kartini mengenal salah satu koleksi atau menyentuh beberapa kata2x. Perhatiannya gak hanya semata-mata soal pengasingan wanita, namun demikian juga peri sosial lazim. Kartini memandang perjuangan cewek agar mengulurkan kebebasan, otonomi dan tolok ukur hukum serupa bagian atas gerakan yang lebih padat. Di antara organ yang dibaca Kartini pra berumur 20, terdapat kop Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta tulisan Multatuli, yang pada November 1901 tutup dibacanya ganda. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Lantas karya Van Eeden yang bermutu semampai, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan satu buah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Seluruhnya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini dijodohkan dengan kepala distrik Rembang, K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah tahu memiliki 3 istri. Kartini menikah di tanggal 12 November 1903. Suaminya mengarifi keinginan Kartini dan Kartini diberi kewibawaan dan dibantu mendirikan bersekolah wanita pada sebelah timur pintu gerbang kompleks instansi kabupaten Zenit, atau dalam sebuah dewan yang waktu ini digunakan sederajat Gedung Pramuka.
Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918.
Anak pertama & sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir di tanggal 13 September 1904. Beberapa perian kemudian, 17 September 1904, Kartini menyisih pada umur 25 tahun. Kartini dimakamkan di Zona Bulu, Kecamatan Bulu, Zenit.
Berkat kegigihannya Kartini, lantas didirikan Maktab Wanita sambil Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan lalu di Surabaya, Yogyakarta, Patah pucuk, Madiun, Cirebon dan lingkungan lainnya. Seri sekolah itu adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini berikut didirikan sambil keluarga Van Deventer, seorang tokoh Ketatanegaraan Etis.
Surat-surat
Setelah Kartini wafat, Mr. J. H. Abendanon menyisihkan dan menginventarisasi surat-surat yang pernah dikirimkan R. A Kartini di dalam teman-temannya dalam Eropa. Abendanon saat tersebut menjabat guna Menteri Kultur, Agama, & Kerajinan Hindia Belanda. Jurnal itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kepekatan Menuju Cahaya". Buku perundingan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku itu dicetak sama banyaknya lima kolam, dan saat cetakan ujung terdapat sambungan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balairung Pustaka menerbitkannya dalam tata susila Melayu secara judul yang diterjemahkan sebagai Habis Kurang cahaya Terbitlah Nyata: Boeah Pendapat, yang yaitu terjemahan per Empat Darah daging. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Saru Terbitlah Tegas versi Armijn Pane seorang sastrawan Sastrawan Baru. Armijn membagi jurnal menjadi lima bab perembukan untuk menampilkan perubahan jalan berpikir Kartini sepanjang zaman korespondensinya. Corak ini pernah dicetak sejumlah sebelas periode. Surat-surat Kartini dalam kaidah Inggris pula pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain ini, surat-surat Kartini juga sudah diterjemahkan di dalam bahasa-bahasa Jawa & Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang hawa pribumi, amat menarik penglihatan masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini sedari mengubah ajaran masyarakat Belanda terhadap hawa pribumi pada Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang interior surat-suratnya pula menjadi buah pikiran bagi tokoh-tokoh kebangkitan luar Indonesia, jurang lain W. R. Soepratman yang merupakan lagu berjudul Ibu Kalian Kartini. Waktu ini lagu ini sangat naik daun di kurung siswa disemua nusantara. Miniatur ibu kalian Kartini melukiskan inti perlagaan wanita untuk merdeka. Masa ini kemerdekaan keluarga wanita diwujudkan dalam pola emansipasi perempuan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar